by Mitsui Mellie El Liliy on Tuesday, 5 April 2011 at 16:11 ·
Mojokerto, 3 April 2011. Perjalanan ‘’Goes To Museum’’ dimulai dari Pondok Pesantren Al-Khodijah, Surodinawan, Mojokerto. Para peserta berangkat dengan kereta kelinci pada pukul 08.00 wib ke Trowulan didampingi oleh Ustadzah Haryati, Ust. Ihya’ dan Ust. Mujiono.
Tujuan utama perjalanan adalah Candi Brahu / Suideng yang berlokasi di daerah Bejijong, Trowulan, Mojokerto. Sesampainya di Candi Brahu, para peserta dikumpulkan untuk melaksanakan upacara pembukaan ‘’Goes To Museum’’ yang di bina oleh Ust. Mujiono. Setelah upacara pembukaan para peserta di perkenankan melihat-lihat lokasi candi.Di candi ini para peserta di beri sedikit pengetahuan tentang sejarah Candi Brahu oleh Ust. Mujiono. Menurut sejarah, Candi Brahu adalah candi tempat penyimpanan abu-abu para raja. Sesuai dengan namanya ‘’ Berahu’’ yang maksudnya adalah berabu. Candi ini diperkirakan adalah candi tempat penyimpanan abunya 4 raja. Tetapi sejarah belum bisa menemukan tentang siapa saja raja yang abunya di tempatkan di candi tersebut. Candi Brahu di perkirakan adalah candi pertama yang di bangun pada zaman kerajaan Mojopahit. Dan merupakan candi yang bercorak Agama Budha.
Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju tujuan utama, yaitu ke Museum Majapahit atau yang biasa disebut dengan PIM atau Pusat Informasi Mojopahit. Sebelum sampai di PIM, peserta dapat menyaksikan hamparan luas Kolam Segaran. Kolam itu tidak jauh dari Museum atau PIM. Kolam Segaran adalah sebuah waduk yang dibangun oleh pemerintah Majapahit untuk pengairan sawah pada saat musim kemarau. Karena para Raja di zaman tersebut sangat mementingkan akan kesejahteraan rakyat, pertahanan negara dan politik.
Sesampainya di Pusat Informasi Majapahit,para peserta langsung di perkenankan untuk masuk ke museum. Dari awal masuk, para peserta sudah di suguhi pemandangan sekitar museum yang hijau asri. Para peserta masuk museum dan melihat-lihat peninggalan sejarah. Dari pintu masuk, para peserta sudah bisa melihat peta tentang peninggalan prasejarah yang berada di kawasan trowulan ini. Dan juga bisa membaca sejarah dibangunnya Museum Mojopahit. Kemudian peserta masuk ke ruangan berikutnya, ruangan penyimpanan barang-barang peninggalan kerajaan Mojopahit. Dari sumur kuno, pedang-pedang, pedupaan, dan lain sebagainya. Ruangan berikutnya yang kita masuki adalah ruangan tentang sejarah-sejarah manusia purba. Disanan juga para peserta bisa melihat tulang-tulang fosil dan lain sebagainya. Kemudian peserta melanjutkan berkeliling musium menuju ruangan yang lengkap dengan barang-barang peninggalan sejarah. Ada patung dewa dan dewi, ada patung binatang, kemudian ada juga gerabah-gerabah zaman kerajaan mojopahit. Kemudian para peserta keluar dari arena museum menuju belakang museum, disana terdapat suatu lokasi yang disebut ‘’Lingkungan Pemukiman Museum Mojopahit’’. Di lokasi tersebut terdapat bekas bangunan kuno yang tinggal lantai yang terbuat dari tatanan batu-batu dan juga gentong yang kondisinya sudah pecah serta bata-bata sisa pondasi rumah. Perjalanan di museum di lanjutkan ke lokasi belakang, di sana terdapat patung-patung yang beraneka ragam. Dari patung dewa sampai patung- patung yang lain dan juga petilasan-petilasan. Disana juga di sediakan bacaan-bacaan tentang candi- candi yang tersebar di Nusantara. Kemudian setelah puas berkeliling museum, para peserta di perkenankan membeli souvenir di toko Amanah yang menyediakan souvenir-souvenir unik. Setelah membeli souvenir, semua peserta berfoto bersama di depan PIM. Yang langsung di foto oleh fotografer kita, Ust. Ihya’ SM.
Kemudian peserta melanjutkan perjalanan dengan tujuan ke Candi Bajangratu yang juga bertempat di Trowulan, Mojokerto. Setelah para peserta melihat-lihat Candi Bajangratu dan juga berfoto-foto ria, mereka semua di kumpulkan oleh panitia untuk mendengarkan materi yang di sampaikan oleh Ust. Mujiono. Menurut sejarah, Candi Bajangratu sangat erat kaitannya dengan Raja Jayanegara yang merupakan Raja ke-2 Kerajaan Mojopahit. Candi Bajangratu adalah pintu gerbang menuju pemakaman Raja Jayanegara. Menurut sejarah, candi ini di namakan Bajangratu karena beberapa alasan. Diantaranya adalah karena Raja Jayanegara di angkat menjadi raja saat masih belia. Beliau juga wafat ketika masih bajang yaitu istilah lajang pada zaman dahulu. Dan beliau juga saat masih kanak-kanak pernah jatuh di tempat di dirikannya Candi Bajangratu ini sehingga beliau sedikit cacat. Candi Bajangratu adalah Paduraksa atau gerbang beratap. Berbeda dengan Candi Wringin Lawang yang merupakan Bentar atau gerbang terbuka. Sebagian masyarakat ada yang mempercayai bahwa Candi Bajangratu dan Candi Wringin Lawang erat kaitannya. Yaitu merupakan gerbang menuju kediaman Gajah Mada. Masyarakat yang mempercayai begitu mengatakan bahwa Candi Wringin Lawang adalah gerbang masuk menuju kediaman Gajah Mada dan Candi Bajangratu adalah gerbang keluarnya. Begitulah sejarah tentang Candi Bajangratu.
Perjalanan selanjutnya adalah ke Candi Tikus yang berloksai di Desa Denok. Konon Candi Tikus adalah petirtaan atau pemandian para putri-putri raja yang di istimewakan. Mereka para putri itu biasa di panggil ‘’Denok / Dinok’’ sehingga desa letak petirtaan itu juga di namakan Denok. Dan hubungan dengan nama Candi Tikus adalah Candi yang berupa petirtaan itu saat di temukan adalah tempat persembunyian beribu-ribu tikus. Sehingga petirtaan itu dinamakan Candi Tikus. Dan masyarakat sekitar yang masih percaya akan hal- hal mistik masih sering menggunakan air dari petirtaan itu untuk mengusir hama tikus di sawah mereka. Dengan cara menyiramkan air dari petirtaan itu ke setiap sudut sawah. Mereka percaya bahwa cara itu bisa menjauhkan sawah-sawah mereka dari kebringasan hama tikus.
Perjalanan di lanjutkan menuju Makam Troloyo. Para peserta sampai di Makam Troloyo tepat saat waktu untuk sholad dhuhur. Kemudian peserta langsung melaksanakan sholat dhuhur di musholla. Setelah sholad, para peserta di perkenankan untuk makan siang di pendopo dekat musholla. Dan disini juga para peserta di kunjungi oleh ustad-ustad dari pondok. Diantaranya adalah Kepala Keamanan Pondok, yaitu Ust. Muhaimin. Dan Kepala Madrasah Pesantren Al-Amin, yaitu Ust. Ali Fahruddin. Dan juga oleh Guru BK, yaitu Ust. Saiful Huda. Dan setelah itu peserta di ajak untuk do’a bersama di Makam Waliyullah maulana Syaikh Djumadil Kubro. Do’a bersama di pimpin oleh Ust. Saiful Huda. Setelah do’a bersama para peserta keluar dari area pemakaman dan di pekenankan untuk membeli makanan dan juga oleh-oleh. Para peserta juga berfoto-foto sebagai kenangan di sekitar Makam Troloyo. Ke Makam Troloyo ini adalah tujuan terahir perjalanan ‘’Goes To Museum’’. Tepat pada pukul 14.00 wib, para peserta melanjutkan perjalanan pulang. Di perjalanan pulang, para peserta banyak yang kelelahan sehingga banyak yang tertidur saat perjalanan. Perjalanan pulang dari troloyo melewati Desa Kejagan, kemudian Desa Wonorejo, kemudian Desa Tawangsari, kemudian Desa Bicak. Dan di kereta kelinci yang kami kendarai juga terjadi sedikit masalah saat berada di Desa Bicak, sehingga terjadi keterlambatan perjalanan, tetapi masalah itu bisa teratasi. Kemudian perjalanan di lanjutkan melalui Desa Modongan, kemudian Desa Wringinrejo dan sampailah di Jalan Surodinawan. Semua peserta merasa lega karena sudah sampai di pondok kembali dan mereka sangat senang dengan perjalanan ini walaupun rasa lelah dan lemas menghampiri. Dengan perjalanan ini, para peserta sudah mendapatkan banyak sekali ilmu pengetahuan tentang sebagian peninggalan-peningalan Kerajaan Mojopahit di daerah kita sendiri, yaitu Mojokerto. Seperti pesan dari Ust Mujiono, kita sebagai generasi muda masa kini, kita harus mempunyai cita-cita untuk melestarikan peninggalan sejarah bangsa kita dan juga membawa kesejahteraan bagi bangsa seperti halnya raja-raja yang membawa kemakmuran pada zaman Kerajaan Mojopahit yang bisa menyatukan berbagai macam ras,suku, agama dan juga bahasa serta bangsa kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar